JAKARTA - Bank Indonesia (BI) sepakat dengan rencana kenaikan BBM subsidi yang sedang dibahas pemerintah. Meskipun begitu, Bank Sentral memprediksi kenaikan harga BBM subsidi di atas Rp1.000 per liter membuat target kenaikan inflasi tahunan di atas 5,5 persen.
"Dampak inflasi (kalau ada kenaikan BBM subsidi) tentu ada, tergantung naiknya antara Rp500-Rp1.500 per liter. Kalau kenaikan BBM, inflasi akan bergerak, di atas lima persen. Apalagi kalau kenaikan di atas Rp1.000, kalau sampai Rp1.500 (kenaikan BBM subsidi), inflasi akan bergerak di atas target. Bisa lebih dari 5,5 persen (per tahun)," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution ditemui wartawan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (23/2/2012).
"Dampak inflasi (kalau ada kenaikan BBM subsidi) tentu ada, tergantung naiknya antara Rp500-Rp1.500 per liter. Kalau kenaikan BBM, inflasi akan bergerak, di atas lima persen. Apalagi kalau kenaikan di atas Rp1.000, kalau sampai Rp1.500 (kenaikan BBM subsidi), inflasi akan bergerak di atas target. Bisa lebih dari 5,5 persen (per tahun)," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution ditemui wartawan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (23/2/2012).
Meskipun begitu, Darmin bukannya tidak mendukung kebijakan kenaikan BBM subsidi tersebut. Pasalnya, hal ini relatif lebih mudah dilakukan ketimbang melakukan pembatasan BBM yang memerlukan infrastruktur yang komplek.
"Dalam soal harga BBM, memang tadinya wacananya membatasi tetapi keliatannya enggak workable, mungkin pom bensin yang ada pertamax cuma di Jakarta. Ketika keluar 100 kilometer sudah (menemukan pertamax)," lanjut dia.
Selain itu, Darmin juga mengetengahkan kenyataan bahwa neraca pembayaran khususnya di pos ekspor-impor minyak dan gas Indonesia sudah mulai negatif sejak akhir 2011 lalu.
"Kalau enggak dilakukan kenaikan harga APBN kita akan kesulitan, neraca pembayaran akan kesulitan. Mulai pertengahan tahun lalu neraca migas kita sejak tahun lalu mulai timpang. Total ekspor dan impor migas kita secara keseluruhan sudah mulai lebih besar impornya sehingga transaksi berjalan defisit," tandas Mantan Dirjen Pajak ini.
Dengan menaikkan harga BBM, Darmin berharap neraca pembayaran tak akan terlau defisit. Masyarakat juga sudah harus mulai berhemat. (wdi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar