Pengantar
Pemilu
disebut-sebut sebagai salah-satu istrumen dalam kehidupan Demokrasi. Di
Indonesia,
Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Pemilihan umum mencakup pemilihan legislatif (UU NO.8 Tahun 2012) dan
eksekutif (UU NO.42 Tahun 2008). Tujuan dari pemilu di Indonesia masih berkedok
dari pemikiran tokoh AS Abraham Lincoln
tentang demokrasi yang di anggap paling populer diantara pengertian yang ada
yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of
the people, by the people, and for the people). Pemikiran demikian adalah teori yang selalu
menjadi tameng dalam menjalankan pemilu khususnya pemilihan presiden di
negara-negara dunia khususnya negara berkembang (setengah jajahan setengah
feodal) untuk mendapatkan legitimasi menjadi kepala negara/kepala pemerintah
yang siap melayani para kapitalis monopoli internasional, borjuasi besar
komprador, tuan tanah besar dan kapitalis birokrat.
Sejak
kejatuhan Soeharto, Indonesia menjadi target proyek dan kampanye demokrasi
palsu ala AS. Lebih dari itu, Indonesia menjadi contoh proyek AS yang sama bagi
negeri-negeri pasca rejim otokratik, seperti di Irak, Libya, Tunisia, Mesir,
Palestina, dan lain-lain. Sejak pemilu 1999, imperialis AS memberikan bantuan
kepada Indonesia dalam kerangka
reformasi sistem politik dan Pemilu dengan nama proyek: Support and
Strengthen Democratic Initiatives an Electoral Processes In Indonesia (SSDIEPI)
atau Bantuan dan Penguatan Inisiatif Proses Demokrasi Pemilu di Indonesia. Bantuan ini berbentuk bantuan teknis (technical
assistance) dan bersifat hibah.
Seperti ; (1) mendesain ulang
sistem pemilu dengan cara dan mengikuti demokrasi di negara
Imperialisme AS; (2) memperbaiki administrasi
pemilu. Imperialis AS menyumbangkan peralatan yang akan digunakan pada pemilu
seperti kotak pemungutan suara, kertas suara hingga komputer; (3) memberikan
bantuan penguatan pendidikan pemilih (voter education) ; (4) memberikan
bantuan untuk pengawasan pemilu (5) bantuan diberikan untuk mediasi atau
arbitrase partai politik pasca pemilu. Skema Imperialisme
pula mendorong lahirnya keppres No.16 Tahun 1999 tentang pembentukan KPU. Kemudian dari masa ke masa, sistem pemilu di
Indonesia pun terus mengalami perubahan yang secara esensi hanyalah sistem yang
demokrasi palsu yang sifatnya untuk melanggengkan pembodohan dan pembohongan di
tengah-tengah rakyat Indonesia.
Selain itu, Imperialis AS juga
melalui United Nations Development Programme yang berfungsi[1][1] untuk memberikan bantuan-bantuan
kepada negara-negara untuk mengembangkan demokrasi ala AS. beberapa proyeknya
tentang demokrasi palsu ala Imperialisme AS adalah meningkatkan kualitas KPU
dan KPUD, reformasi lembaga DPR/DPD serta menyukseskan pemilu-pemilukada.
Kemudian kedatangan Menteri Luar Negeri AS John Kerry di pertengahan Febuari
2014 lalu merupakan dukungan langsung atas pengembangan demokrasi dan Pemilu [2][2]yang diselenggarakan April lalu dan
9 Juli nanti untuk memastikan berjalannya demokrasi Imperialisme AS di
Indonesia melalui rejim boneka SBY.
Tak cukup
itu, rakyat pun dihantui bayangan fasis dari pemerintah bila memiliki tangapan
lain di luar Pemilu. Ternyata, hak pilih sebagai hak telah berubah menjadi
kewajiban untuk memilih, tanpa memaknai memilih
tidak memilih merupakan hak juga. Pemerintah cemas kehabisan legitimasi
bila tingginya angka golput sebagaimana dalam pemilukada-pemilukada bahkan
dalam pileg yang sudah berlangsung. Pemerintah menggunakan pasal 292 dan 293, termasuk pasal 308
UU No.8 tahun 2012 tentang Pemilu. Dalam Pasal 308 menjelaskan;
“ Setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan dan/ atau menghalangi seseorang
akan melakukan haknya untuk memilih, melakukan kegiatan yang
menimbulkan gangguan ketertiban dan ketentraman pelaksanaan
pemungutan suara, atau menggagalkan pemungutan suara dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak
Rp 24.000.000 (dua puluh empat juta
rupiah)”.
Jadi, semakin jelas sesungguhnya demokrasi yang dibungkus dalam
pemilu 2014 di Indonesia adalah demokrasi palsu miliknya Imperialisme AS, bukan
demokrasi milik rakyat. Sebab, pemilu 2014 dijadikan sebagai alat prosedural
yang dipaksakan dalam mengembangkan demokrasi palsu, menyebar ilusi di
tengah-tengah penghidupan rakyat yang semakin merosot akibat pelimpahan beban
krisis AS di negeri setengah jajahan Indonesia yang terus merampas hak-hak
demokratis rakyat.
Pemilu
Presiden 2014 adalah Ilusi tentang perubahan yang hakekatnya adalah Pembodohan
Capres dan Cawapres sudah resmi ditetapkan menjadi peserta
pemilu presiden oleh KPU sebagai penyelenggara. Pasangan No.1 yakni Prabowo dan
Hatta Rajasa. Sedangkan Pasangan No.2 adalah Joko Widoo (Jokowi) dan Jusuf
kalla. Calon-calon ini adalah barang lama yang diperbaruhi dan disegarkan
menjadi Capres dan Cawapres yang seolah-olah memberi harapan perubahan bagi
penderitaan rakyat.
Prabowo merupakan seorang borjuasi besar komprador,
politisi, dan mantan perwira TNI Angkatan Darat. Kemudian Prabowo harus menjalani
sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tahun 1998 karena terlibat dalam
penculikan aktivis gerakan reformasi 1998
saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus dengan kategori pelanggar
HAM berat[3][3]. Prabowo mempunyai catatan buruk atas pelanggaran HAM
yang terjadi pada masa orde baru. Namun ia selalu berdalih bahwa dia bukan
dipecat, namun pensiun. Layaknya seorang kabir yang mengelak akan kesalahannya,
apalagi masa itu dia mempunyai posisi yang baik yaitu sebagai menantu Rejim
otokrasi Soeharto.
Setelah itu dia dipecat dari Militer, dia mengikuti
jejak adiknya seorang borjuasi besar komperador pula, Hashim Djojohadikusumo. Ia memulai karirnya dengan membeli
aset PT. Kiani kertas (Kertas Nusantara). Selain itu Prabowo juga mempunyai
Perusahan Nusantara Group yang menguasai 27 Perusahan di dalam dan di luar
negeri[4][4]. Prabowo juga memiliki hubungan erat dengan komunitas
bisnis korporasi Internasional yang didapatkan sejak berhubungan erat dengan
raja Abdullahb dari Yordania.
Paradigma
berkembang bahwa Prabowo sebagai calon pemimpin yang anti neoliberalisme dan
mengembangkan ekonomi kerangkayatan adalah ilusi dengan bahasa sampah pada saat
pemilu. Lihat visi dan misinya, ia secara terang-terangan menjelaskan
pengembangan industri Indonesia dengan mendasarkan kepada investasi. Selain
itu, ia berkomitmen menjalankan KEK dan MP3EI dengan meningkatkan investasi
Imperialisme sampai US$ 3 Miliar. Dalam konsep reforma agraria, Prabowo
menghebuskan tipu muslihatnya dengan kedok Ketahanan pangan. Ketahanan pangan
yang akan dikembangan senada dengan megaproyek Imperialisme AS untuk melakukan
monopoli atas tanah. Tentu reforma agraria versi prabowo adalah ilusi yang
sesat. Bahkan melalui adiknya Prabowo, seorang borjuasi besar komperador pula,
Hashim Djojohadikusumo memaparkan visi misi Partai Gerindra dan Capres Prabowo
di acara USINDO open fourm Luncheon. Hashim mengatakan bahwa Prabowo adalah
lulusan dari AS yang tentu akan mengabdi kepada AS. Selain itu ia mengatakan
bahwa rumah tangga di Indonesia akan membayar pajak. Kemudian yang perlu
dicatat, Hashim mengatakan pajak penghasilan individu maupun korporat
tidak akan dinaikkan sehigga perusahaan Amerika Serikat seperti PT. Freeport
tidak usah kuatir mendukung Prabowo[5][5]. Sebagaimana Calon Rejim boneka,
Jokowi juga tentu akan melakukan hal yang sama untuk menyenangkan tuannya,
imperialism AS.
Sementara
Pasangan Cawapres dari Prabowo yaitu Hatta
Rajasa adalah seorang kapitalis birokrat yang sudah menjadi menteri dalam
pemerintah boneka dari pasca reformasi semenjak tahun 2001-2014. Terakhir ia
menjadi Menteri Kordinator Bidang Perekonomian di pemerintahan jilid dua SBY
2009-2014. Salah-satu kebijakan yang sangat anti rakyat diambil oleh Hatta
Rajasa adalah Penetapan dan pengesahan Master Plan Percepatan Pertumbuhan
Ekonomi (MP3EI) Tahun 2010. Selain itu Hatta
Rajasa juga tercatat sebagai borjuasi besar komprador yang mempunyai perusahaan
PT Arthindo Utama yang bergerak di bidang
agrobisnis dan perminyakan. PT. Arthindo Utama ini langsung terhubung dengan
perusahaan milik Imperialisme AS yaitu, PT. Cevron Pacific Indonesia. Sementara
itu anak perusahaan milik Hatta rajasa ini merambah di bidang isdustri batubara
adalah PT Arthasia Cipta Pratama dan PT Artha Daya Coalindo[6][6].
Sementara pada pasangan kedua Jokowi dan Jusuf Kalla
siapa mereka ? apakah Capres dan Cawapres yang benar-benar merakyat ? Jokowi
adalah seorang pengusaha mebel pendiri PT Rakabu berasal dari
Surakarta Solo yang mampu mengeskport sampai ke amerika, eropa dan timur tengah
dengan omset miliar rupiah per tahun[7][7]. Kemudian Jokowi menjadi Walikota Surakarta (2005-2012) dan
terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta 2012[8][8]. Tapi belum sampai 2 tahun menjabat Gubernur Jakarta, ia telah
menjadi capres pada Pilpres 2014 ini. Selain menjadi pengusaha, Jokowi sesungguhnya
telah disiapkan oleh klik-klik yang berkuasa. Jokowi
yang disebut sebagai pemimpin yang merakyat adalah ilusi pemimpin di negeri berkembang yang masih
dikendalikan negara maju (imperialis AS). Sikap itu ditunjukan melalui sowan
(doa restu) ke Duta
Besar AS Robert Blake pada 15 April (pasca pemilu 9 April) di kediaman
pengusaha Indonesia Jacob Soetojo.
Jokowi dengan gaya blusukan tentu
tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari pencitraan yang diciptakan oleh
timnya yang terhubung dengan borjuasi besar monopoli (pengusaha besar) AS.
James Riady, borjuasi besar komprador pemilik Lippo Grup dan First Media Grup[9][9], Jokowi juga terhubung dengan Stan
Greenberg sebagai konsultan politik terkenal yang berhasil memenangkan belasan
kepala pemerintahan, senator, gubernur, dan konsultan di AS dan terhubung
dengan perusahaan multinasional, diantaranya: British Petroleum dan Mosanto.
Stan memiliki hubungan erat dengan mantan Presiden AS Bill Clinton dalam
organisasi non formal yakni Arkansas Connection (Arkansas merupakan
negara bagian asal Clinton menjadi jaksa agung dan gubernur) yang merupakan
kelompok elit yang sangat berkuasa di Partai Demokrat AS serta sangat
mempengaruhi pemerintahan AS Barrack Obama. Stan disiapkan oleh James Riady
untuk karena ia mempunyai kepentingan untuk menguasai sumber daya alam di
Indonesia dan penghubung bagi Imperialis AS. Sedangkan borjuasi besar komprador
lainnya yang mendukung Jokowi adalah Anthoni Salim anak dari Sundono Salim (Liem Sioe Liong) yang mempunyai
Grup Salim dengan beberapa
perusahaan besarnya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk
dan PT Bogasari Flour Mills. Lalu, ada Chaerul Tanjung yang
mendukung Jokowi. Chaerul Tanjung adalah Borjuasi besar komprador yang
mempunyai perusahaan CT Croup yang
membawahi sekitar 50 perusahaan bergerak di bidang finasial, media, asuransi,
bank, hiburan, property, dan lain-lain[10][10]. Bahkan Chaerul Tanjung ini pernah dinobatkan
masuk menjadi salah satu orang terkaya di dunia versi majalah forbes. Kemudian
semakin terang datangnya dukungan dari Sofyan Wanandi yang merupakan perpanjang-tangan dari
borjuasi besar komprador (ketua Apindo). Dan ia pun didukung oleh (Purn) Jenderal Luhut panjaitan
yang mempunyai kepentingan untuk mengembangan usaha pertambangan batu baranya.
Sedangkan Calon wakil presiden dari Jokowi adalah Jusuf Kalla yang merupakan borjuasi besar komprador yang memiliki
sejumlah perusahan. Sesungguhnya kita juga bisa paham bahwa Jusuf kalla adalah
musuh rakyat Indonesia yang pernah
menjabat menjadi Wapres pada jilid I rejim SBY 2004-2009. Jusuf kalla memimpin
Kalla Group yang menaungi bisnis otomotif, konstruksi, energi, keuangan,
properti, trasportasi dan bisnis sekolah. Kalla Group mempunyai
± 15 anak perusahaan.
Sedangkan bisnis otomotif Jusuf kalla langsung terhubung dengan
imperialis jepang yakni Toyota.
Tahun 2014
disebut-sebut sebagai tahun politik karena berlangsungnya perhelatan pemilu
2014. Kita telah memilih legislatif dan pada 9 Juli Mendatang akan diikuti
pemilihan Presiden. Menjadi pertanyaan bagi kita, bagaimana Arah Pendidikan
Pasca Pemilu 2014 ? Apakah pendidikan di Indonesia akan mengarah pada
kemajuan atau pendidikan akan tetap bobrok, mahal dan jauh untuk menyelesaikan
persoalan rakyat. Sementara keadaan pemerintah yang semakin merosot ke dalam
jurang Korupsi, kebijakan yang tidak populis, penegakan hukum yang
diskriminatif, pelayanan birokrasi yang buruk, partisipasi masyarakat yang
rendah, menjadi cerminan pemerintahan saat ini.
Bila menilai
calon-calon Presiden yang akan menjadi Kepala negara/Kepala pemerintah,
ternyata tak ada satu pun yang mempunyai proram-program yang membicarakan
pendidikan secara serius. Sehingga kita memandang bahwa kebijakan atas
pendidikan pasca pemilu 2014 dengan pemerintah baru, tidak akan mengubah wajah
pendidikan Indonesia yang mahal, tidak ilmiah, tidak demokratis dan tidak
mengabdi kepada rakyat. Pendidikan akan tetap menjadi alat legitimasi
kebudayaan untuk melegitimasi kebijakan rejim anti rakyat yang mengarahkan
pendidikan sebagai mesin kebudayaan imperialisme, feodalisme, kabir untuk tetap
mempertahankan keterbelakangan rakyat Indonesia. Jokowi mempumyai program dalam
dunia pendidikan dengan mengembangkan konsep revolusi mental[12][11]. Revolusi mental disebut mengembangkan
pendidikan berakarakter kebangsaan yang meliputi sepuluh program yang
menjelaskan membangun nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dalam dunia
pendidikan. Akan tetapi dari 10 program prioritas dalam pendidikan, semuanya
adalah barang lama dari sistem pendidikan nasional yang telah ada dan usang.
Jokowi tidak menjelaskan bagaimana kurikulum yang baik bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia. selain itu, Jokowi tidak mempunyai program untuk
mengembalikan tanggung jawab negara yang penuh atas pendidikan. Sehingga dapat
dipastikan Jokowi pun akan tetap mempertahankan liberalisasi, komersialisasi
dan privatisasi di dunia pendidikan.
Senada juga dengan program Prabowo dalam
pendidikan yang dinamai meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
reformasi pendidikan[13][12]. Ia menjalankan pendidikan dengan penguatan karakter bangsa.
Selain itu, melakukan perubahan kurikulum pendidikan dengan mengembangkan
kebudayaan Indonesia yang berprinsip pancasila dan UUD 1945. Tentu semua
program prabowo tidak ada yang baru. Ia hanya menyegarkan program-program
pendidikan yang lama, yang terbukti pendidikan hanya berorientasi pendidikan
yang mengabdi kepada imperialism, borjuasi besar komprador, tuan tanah besar
dan kapitalisme birokrat. Jadi semakin
jelas, bahwa diantara dua pasangan Calon Presiden tidak mempunyai program
pendidikan yang kongkrit dalam menyelesaikan persoalan pendidikan di Indonesia.
Di sisi lain, pendidikan Indonesia semakin hari semakin jatuh dalam jurang
liberalisasi, komersialisasi dan privatisasi
Apa sikap FMN atas Pemilu Presiden 2014
yang menyebar demokrasi palsu dan ilusi perubahan ?
Oleh karena itu, semakin terang
bahwa pertarungan dari Pemilu Presiden 2014 hanya pertarungan untuk mendapatkan
legitimasi dari rakyat untuk menggantikan rejim boneka, rejim bobrok dari SBY. Oleh
karena itu FMN menyatakan sikap atas Pemilu Presiden 2014 dengan tegas sebagai
berikut;
1.
Mengintensifkan kerja Massa, mengalahkan hingar bingar Pilpres 2014 dengan
mengkampanyekan persoalan dan tuntutan pemuda mahasiswa dan rakyat Indonesia
2. Bongkar
demokrasi palsu Pilpres 2014 yang merupakan kepentingan imperialis AS dengan
menyatukan seluruh anggota dan massa mahasiswa dengan kampanye
persoalan-persoalan dan tuntuan mahasiswa serta rakyat Indonesia
3. Tidak
ambil bagian dalam kampanye busuk Pemilu Presiden 2014 sebagai bentuk melikuidasi
pikiran-pikiran borjuasi yang terus menyebar ilusi perubahan bagi rakyat
Demikian pernyataan sikap ini
disusun, kiranya seluruh elemen organisasi yang ada di setiap tingkatan
organisasi dapat menjalankan dengan semangat juang tinggi untuk melawan hegemoni
demokrasi palsu dengan instrumen Pemilu Presiden 2014. Sebab, Perubahan sejati
hanya ada di tangan rakyat.
24 juni 2014
Hormat
Kami,
PIMPINAN PUSAT
FRONT MAHASISWA NASIONAL
Rachmad P Panjaitan
Ketua
[2][2]http://www.rri.co.id/post/berita/1498/teknologi/menlu_as_john_kerry_kunjungi_indonesia_awal_pekan_depan.html Diakses pada tanggal 11 Juni 2014,
pukul 20.22 WIB
[3][3] http://www.jpnn.com/read/2014/05/30/237441/Publik-Perlu-Tahu-Penyebab-Prabowo-Dipecat-, Diakses pada tanggal 11 Juni
2014, pukul 22.03 WIB
[4][4] http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/55712-prabowo_kelola_belasan_perusahaan, Diakses pada tanggal 11 Juni 2014,
pukul 22.20 WIB
[5][5] http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/06/05/249554/pidato-di-as-adik-prabowo-gerindra-akan-kumpulkan-pajak-rakyat-indonesia, Diakses pada tanggal 11 Juni 2014,
pukul 23.26 WIB
[6][6] http://arthindo.co.id/arthasia-cipta-pratama.html, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014,
pukul 08.45 WIB
[7][7] http://www.tempo.co/read/news/2014/03/23/092564617/Kata-Pengusaha-Mebel-Soal-Jokowi, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014,
pukul 09.00 WIB
[9][9] http://infoindonesiakita.com/2014/04/05/jokowi-dan-james-riady/, Diakses pada tanggal 12 Juni
2014, pukul 09.43 WIB
[10][10] http://id.wikipedia.org/wiki/Chairul_Tanjung, Diakses pada tanggal 12 Juni,
pukul 10.23 WIB
[11][1] http://www.undp.or.id/pubs/docs/ANN%20REP%20UNDP%20ID.pdf Diakses pada 11 Juni, pukul 19.42
WIB
[12][11] http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf, Diakses pada tanggal 12 juni 2014,
pukul 13.09 WIB
[13][12] http://www.kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_prabowo-Hatta.pdf, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014,
pukul 13.20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar